Review Buku: The Danish Way of Parenting

09.58


  • Judul: The Danish Way of Parenting
  • Pengarang: Jessica Joelle Alexander, Iben Dissing Sandahl
  • Tahun Terbit: 2016
  • Penerbit: Bentang Pustaka
  • Jumlah Halaman: xxiv + 184 halaman
Bismillah. Untuk melancarkan misi ‘Satu Bulan Habis Satu Buku’ guna mengurangi penggunaan media sosial. Bulan Maret kemarin, saya mulai membaca buku bertema parenting yaitu The Danish Way of Parenting. Sebelumnya mohon maaf kalau review ini tidak sesuai kaidah resensi buku yang baik dan benar. Sejatinya ini adalah review buku a la Miranda.

Buku ini bercerita tentang pengalaman Jessica. Seorang warga negara Amerika yang menikah dengan orang Denmark. Jessica melihat ada banyak perbedaan cara berpikir dan budaya antara orang Amerika dan Denmark.

Denmark terpilih sebagai negara dengan orang paling bahagia menurut Organization of Economic Cooperation and Development selama hampir 40 tahun. Setelah dilakukan berbagai riset. Hasilnya menunjukkan bahwa orang Denmark bahagia karena berbagai faktor salah satunya adalah gaya pengasuhan mereka.

Happy kids grow up to be happy adults who raise happy kids, and so on.

Saat mendalami bagaimana pengasuhan orang Denmark, Jessica menemukan sebuah filosofi. Filosofi membesarkan anak yang membuka mata dan mengubah kehidupan Jessica secara menyeluruh. Kemudian Jessica berdiskusi dengan Iben. Seorang psikoterapis Denmark yang sudah bekerja bertahun-tahun dengan keluarga dan anak-anak.

Filosofi pengasuhan orang Denmark diformulasikan dari kata PARENT. Terdiri dari:
  • PlaySemakin banyak bermain, anak-anak akan semakin tangguh dan mahir dalam pergaulan.
  • AuthenticityCara kita memuji anak-anak mempunyai pengaruh mendalam pada ketangguhan. Buku ini membahas bagaimana cara memuji anak yang tepat supaya mempunyai growth mindset atau pola pikir yang berkembang.
  • ReframingMemaknai ulang apa yang dikatakan menjadi sesuatu yang lebih suportif dan tidak definitif. Hal ini mengubah cara anak dalam merasakan sesuatu. Bagaimana kita berkomunikasi dengan anak dengan lebih banyak fokus terhadap aspek yang disukai. Ibaratnya menemukan sisi yang lebih terang pada setiap situasi.
  • Empati: Kita harus membangun empati sejak dini pada anak-anak. Ini akan membantu mereka untuk menciptakan hubungan yang lebih baik dan lebih peduli di masa depan. Bagaimana orang Denmark mengajarkan empati tanpa menghakimi.
  • No UltimatumTidak melakukan hukuman fisik dan membentak. Menghadapi anak saat situasi yang sulit tanpa ultimatum. Menitikberatkan bahwa bukan anaknya yang buruk melainkan tindakannya yang buruk atau pengasuhan yang buruk.
  • Togetherness and HygeeKesejahteraan dan kualitas kebahagiaan adalah waktu berkualitas dengan teman dan keluarga. Keluarga bahagia dan dukungan sosial yang kuat menciptakan anak-anak yang bahagia.
Buku ini menggunakan bahasa yang cukup mudah dimengerti. Menekankan pada strategi pengasuhan dan praktik nyata di lapangan. Dilengkapi dengan berbagai kasus nyata yang dialami Jessica. Membuat kita seakan-akan sedang berdiskusi dengan seorang teman. 

Satu hal yang saya sukai dari buku ini adalah mereka menyediakan sumber dan referensi yang lengkap. Disusun menurut urutan kemunculan bukan abjad. 

Ketika kita membaca suatu bab, tertarik dengan referensi yang disebutkan misalnya penelitian mengenai bermain pada anak. Kita bisa langsung membuka bagian catatan. Mencari bab yang kita baca dan menemukan ringkasan penelitian tersebut. Lengkap dengan identitas lengkap referensi tersebut. Beberapa referensi dilengkapi link untuk memudahkan pencarian di internet.

Saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca oleh orang tua dan semua profesi yang bersentuhan dengan anak. Saya sebagai guru, banyak merefleksikan bagaimana hubungan saya dengan anak didik setelah membaca buku ini. Buku ini juga membantu saya untuk menjelaskan pada orang tua bagaimana kondisi orang tua dan orang dewasa lain sangat berkaitan dengan respon dan tindakan anak.


  • Cover Buku: 👍👍👍👍👍
  • Isi Buku: 👍👍👍👍👍
  • Bahasa: 👍👍👍👍👍
**Buku ini habis setelah saya baca dalam 2 hari


-MY guru yang sedang belajar mendidik tanpa ultimatum-

You Might Also Like

0 comments

Subscribe