Kumpul Keluarga : Kerinduan yang Terkadang Mengkhawatirkan
15.16Berkumpul dengan keluarga via http://www.aljazeera.com |
Ramadan sudah berjalan hampir mencapai garis akhir. Ramai-ramai orang meninggalkan ibukota menuju kampung halaman. Anak-anak rantau yang rindu keluarga sudah dalam perjalanan menuju rumah. Sebaliknya, para orang tua menunggu kepulangan buah hatinya dengan penuh harapan.
Mudik dan kumpul keluarga adalah dua tradisi yang tidak pernah dilewatkan untuk menyambut Lebaran atau Idulfitri. Orang rela menempuh perjalanan berjam-jam demi bisa pulang ke rumah. Membeli tiket jauh-jauh hari agar tidak kehabisan. Persiapannya mungkin sudah dimulai bahkan sebelum bulan puasa tiba. Demi bisa berkumpul bersama keluarga.
Idulfitri adalah salah satu hari yang memiliki magnet untuk mengumpulkan seluruh anggota keluarga. Di mana jarak dan waktu biasanya memisahkan. Hal yang wajar jika saling menanyakan kabar satu sama lain. Layaknya orang yang lama tak bertemu tentu kabar selalu penting untuk ditanyakan.
Terkadang, ini juga disalahgunakan sebagai ajang pamer hasil selama satu tahun. Bisa dalam hal pendidikan, keuangan, karier atau pencapaian lainnya. Tidak sedikit perasaan terintimidasi menghinggapi orang-orang yang akan bertemu keluarganya. Merasa pencapaiannya tidak begitu wah untuk dibanggakan di depan keluarga.
Semangat kekeluargaan mulai luntur jika dilandasi rasa ingin pamer. Satu sama lain merasa saling bersaing. Berlomba untuk menjadi yang paling cemerlang. Tidak sedikit yang akhirnya memaksakan diri untuk sekedar terlihat 'bagus' di depan keluarga besar.
Keluarga adalah tetap keluarga
Keluarga dibentuk karena ada ikatan persaudaraan atau pernikahan. Darah dan janji adalah pemersatu keluarga. Bukan dengan seberapa tinggi kekayaan, pangkat atau tingkat pendidikannya. Jika dibentuk dengan takaran kekayaan dan pendidikan maka anak boleh tidak mengakui orang tuanya yang tidak setara dengan dirinya.
Menilai keluarga dari sisi materi sebenarnya tidak sesuai dengan arti kata keluarga itu sendiri. Keluarga merupakan satuan kekerabatan yang sangat mendasar. Keluarga adalah himpunan kasih sayang, perhatian, dan dukungan.
Kehadiran merupakan hal yang paling berharga
Saya senang ketika bisa berkumpul dengan saudara yang tinggal di luar kota bahkan luar pulau. Saat momen itulah, saya merasa memiliki banyak orang di sekeliling saya. Merasa ramai dalam keramaian yang sebenarnya. Menyadari ternyata saya tidak sendiri, saya memiliki banyak keluarga.
Dapat melakukan banyak hal bersama. Menyiapkan makanan khas Lebaran, berkunjung ke sanak saudara, menghabiskan hidangan di meja yang sama. Saling bercanda, bercerita dan tertawa satu sama lain. Setelah kami harus terpisah dan berjuang di jalannya masing-masing.
Keluarga sebagai sistem pendukung utama
Berkumpul dengan keluarga seharusnya menjadi wadah pertama untuk mendapatkan dukungan. Ibarat handphone, berkumpul dengan keluarga adalah listrik yang mengisi penuh baterai kita. Baterai yang diperlukan untuk menempuh hari-hari berat jauh dari keluarga.
Indahnya jika kita mau mendengarkan keluh kesah saudara kita. Bukan sibuk membicarakan tentang pencapaian diri sendiri. Bagaimana nyamannya jika bisa bercerita banyak hal termasuk situasi berat yang sedang kita alami. Tanpa harus berpura-pura dan membohongi keadaan.
Ganti bertanya kapan menjadi doakan
Pertanyaan kapan adalah pertanyaan pamungkas di kumpul keluarga. Kapan lulus, kapan cari kerja, kapan menikah, kapan punya anak. Kapan, kapan, dan kapan. Seakan pertanyaan ini tidak akan habis seumur hidup kita. Kalau kita bisa mengirim sms ke Allah untuk menanyakan tanggal hal itu terjadi, pasti kita sudah melakukannya.
Sejatinya, tiap orang memiliki waktu tepatnya sendiri. Tepat artinya bukan cepat tetapi waktu yang paling baik. Baik menurut siapa, tentu baik menurut Allah Yang Maha Menentukan. Mengapa tidak kita ganti menjadi mendoakan satu sama lain. Saya doakan kamu lancar skripsinya, doakan lancar cari kerja. Hati siapa yang tidak sejuk mendapatkan doa-doa itu dari keluarga sendiri.
Selamat mempersiapkan diri menuju hari Lebaran. Selamat mengumpulkan amunisi untuk berjuang setahun ke depan. Semoga kita merasakan kebahagiaan yang luar biasa setelah bisa bertemu dengan keluarga.
-MY yang ingin memohon maaf lahir dan batin-
2 comments
Istimewa..
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak :)
Hapus