Terima Kasih, Sudah Terima Lupa Kembali Kasih

07.16

Terima kasih via pathways.org
Terima kasih. Satu dari tiga kata utama yang wajib selalu saya katakan. Terima kasih, tolong dan maaf adalah kata-kata sakti yang menunjukkan kemampuan kemanusiaan seseorang. Mengapa terima kasih. Apa istimewanya terima kasih dengan dua kata lainnya.

Tolong dan maaf sering saya dengar karena lebih banyak dimotivasi oleh harapan akan bantuan dan pengampunan. Tolong sering diucapkan seseorang ketika dia mengangkat beban yang berat, nyawanya terancam atau tidak mampu (bisa juga tidak mau) melakukan sesuatu. Lalu bagaimana dengan maaf. Maaf adalah kata-kata wajib setelah melakukan kesalahan. Entah nanti diulangi lagi atau tidak, yang penting maaf dulu. Menolak seseorang juga bisa dengan maaf. Maaf aku dan kamu tak kan satu~ Aih macam lagunya Reza Artamevia.

Lalu bagaimana posisi kata terima kasih. Kata ini paling sering kita dengarkan. Terima kasih sudah berbelanja di Ind*m*r*t. Siapa yang tidak familiar dengan kata-kata ini. Ketika kita keluar dari bank, satpam akan mengucapkan terima kasih Bapak/Ibu. Dari bilik pasar pun, saya sering mendengarkan kata ini. Lebih sering dalam bahasa daerah. Suwun nggeh mbak, ucap penjual sayur.

Seringkah kita membalas ucapan itu. Sekedar dengan senyuman atau ucapan terima kasih juga. Saya punya pengalaman saat berpergian dengan salah satu kerabat saya. Anggap saja inisialnya KM (kerabatnya Mira). Pada saat itu kami hendak menuju ke rumah setelah menyelesaikan urusan di Jakarta. Di tengah perjalanan, KM mengajak saya untuk mampir ke sebuah pasar tradisional.

Saat saya dengarkan pembicaran penjual beras, saya langsung ngeh kalau dia orang Jawa Timur. Dialeknya khas. Beberapa orang yang membeli di kios itu ternyata juga orang Jawa. Mereka berkomunikasi dengan Bahasa Jawa tentu dengan dialeknya masing-masing. Penjual beras ini sangat ramah dan responsif melayani permintaan KM yang memang agak sedikit ribet. Setelah membayar, penjual itu memberikan uang kembalian dan mengatakan "Terima kasih ya Bu.". KM berlalu begitu saja, hanya fokus dengan uang kembalian. Saya langsung menjawab "Matur nuwun nggeh, Pak!".

Kami masuk ke mobil dan pikiran saya masih positif. Oh mungkin tadi fokus menghitung uang. Keluar parkiran pasar, entah kenapa baru kali ini parkiran pasar ada penjaga pos karcis seperti mall. Mas-mas yang menerima uang parkir KM kembali mengucapkan terima kasih. KM langsung menutup kaca jendela. Saya hanya menoleh ke belakang, tak sempat membalas.

Entah rasanya aneh dan terkesan arogan bagi saya. Kerabat saya bukannya tidak pernah mengucapkan terima kasih. Namun, saya perhatikan hanya untuk orang yang dia kenal seperti satpam yang membantu mobil kami untuk menyebrang. Selebihnya hanya dibalas oleh punggung.

Padahal setiap hari selalu ada orang yang membantu kita. Tukang parkir yang membantu mengeluarkan kendaraan kita. Ibu-ibu kasir yang membantu membungkus belanjaan kita. Satpam yang membukakan kita pintu. Pelayan restoran yang mengantarkan makanan pesanan kita. Masih banyak lagi.

Bayangkan kalau mereka tidak melakukan tugas dengan baik. Kendaraan yang kita parkir lecet dan tidak bisa keluar parkiran. Kita kerepotan membungkus belanjaan kita sendiri setelah membayar. Apa kita mau mengambil makanan yang kita pesan langsung dari dapur.

Ya memang itu semua sudah tugas mereka. Tetapi bagaimanapun, mereka sudah mempermudah kebutuhan kita. Jangan egois dengan mengatakan bahwa kita tidak meminta tetapi mereka melakukan. Mereka melakukan pelayanan dengan baik, kita membayar mereka dengan uang. Apa susahnya mengucapkan terima kasih atau membalas ucapan terima kasih mereka.

Kita tidak tau seberapa kerja keras mereka untuk itu. Kemarin, saya mendapatkan paket dari kurir. Dia memakai motor dengan satu karung penuh berisi paket yang letaknya di antara dia dan stang motor. Saat itu, langit mendung dan suara gemuruh di mana-mana. Lalu saya membayangkan bagaimana usaha kurir itu untuk cepat mengirim semua paket sebelum hujan. Kalaupun hujan, pasti yang pertama kali diselamatkan dari air adalah paketnya bukan dirinya. Lamunan saya tersadar setelah kurir itu mengucapkan terima kasih, saya membalasnya dengan terima kasih. Loh mas harusnya aku yang terima kasih, dalam hatiku.

Yuk, biasakan mengucap dan membalas terima kasih. Entah dengan kalimat, anggukan atau senyuman. Supaya kita tidak lupa, bagaimana mudahnya kehidupan kita di hari itu karena ditolong orang banyak.

-MY yang selalu bahagia setelah mengucapkan terima kasih-

You Might Also Like

0 comments

Subscribe