Affandi, Kesederhanaan, dan Keteguhan Diri
05.44Tiba-tiba saya ingin memberikan hadiah liburan kepada adik saya yang paling kecil, Fahri. Bukan uang. Tetapi mentraktir keliling museum di Yogyakarta. Fahri sudah SMA tetapi baru 3 museum yang pernah ia dikunjungi. Bisa ini traktir satu hari satu museum, pikirku.
Setelah Museum Bahari, tujuan selanjutnya adalah Museum Seni Lukis Affandi atau biasanya disebut Museum Affandi saja. Supaya tema tiap kunjungan berbeda-beda. Tidak melulu masalah kekuatan militer atau gerakan mengangkat senjata.
Hari itu, saya memutuskan untuk tidak mengambil gambar satupun. Walaupun sebenarnya sudah membawa kamera di tas. Tujuannya ingin mengamati secara mendalam karya-karya Affandi. Ini kan seni jadi aku harus menggunakan semua panca indraku untuk menikmatinya, ucapku dalam hati.
Affandi adalah salah satu pelukis yang terkenal di Indonesia. Bahkan nama Affandi dijadikan nama salah satu jalan di Yogyakarta. Museum Affandi sekaligus rumah pribadinya berada di Jalan Laksda Adisucipto 167. Jika akan menuju Ambarukmo Plaza, kita akan melewatinya.
Saat saya sedang asyik-asyiknya melihat di galeri I. Tanpa sadar, hanya ada saya dan Fahri di ruangan itu. Masuklah seorang bapak yang mungkin seorang edukator museum. Sayang sekali saya belum sempat berkenalan dan menanyakan nama beliau.
Affandi Koesoema via www.inddit.com |
Naturalisme adalah aliran yang melukiskan sesuatu yang nyata dan alami seperti aslinya. Sedangkan ekspresionisme adalah aliran yang mengutamakan curahan batin secara bebas sehingga memiliki ciri lukisan yang cenderung menyimpang dari wujud aslinya. Kekuatan emosional pelukis dapat terlihat dari distorsi garis, bentuk, dan warna.
Perubahan aliran Affandi dimulai sejak melukis perempuan Eropa. Sejak saat itu lukisannya mengarah ke ekspresionisme. Affandi sangat mengagumi Van Gogh, bapak ekspresionisme. Lukisannya sedikit banyak terinspirasi dari karya-karya Van Gogh.
Ada hal menarik yang saya lihat pada lukisannya. Kebanyakan terdapat matahari dalam berbagai warna. Ternyata itu menggambarkan kapan Affandi membuat lukisan itu. Jika matahari berwarna kuning berarti pagi hari, merah kekuning-kuningan artinya siang atau sore, biru berarti malam hari. Adanya warna putih menggambarkan cuaca yang sedang berawan.
Cock fight karya Affandi via blog-senirupa.tumblr.com |
Presiden Suharto memberikan 800 juta kepada Affandi. Uang itu diminta untuk membangun galeri II setelah melihat banyak lukisan yang terlalu banyak dan tidak tertata.
Bagaimana orang mau menikmati lukisan dengan cara seperti itu, kata Suharto. Syarat yang diberikan Suharto pada saat yaitu galeri itu hanya untuk hasil karya Affandi saja. Sampai akhir hayat, Affandi tidak pernah sekalipun melukis Suharto. Dia teguh dengan pendiriannya.
Semangat berkarya Affandi juga perlu kita contoh. Pada masa penjajahan Jepang, sangat sulit mendapatkan media dan alat lukis. Affandi tidak pernah berhenti, dia menggunakan kertas atau apa saja untuk melukis.
Beberapa karya dengan media kertas terlihat robek. Saya juga melihat beberapa sambungan kertas demi menghasilkan suatu karya. Luar biasa semangat Affandi. Saat sakit, dia masih tetap melukis walaupun gerakan tangannya sudah terbatas. Terlihat pada lukisan terakhir Affandi yang berjudul Embryo.
Meskipun sudah mendunia, Affandi tetaplah Affandi. Seorang laki-laki yang sederhana. Tak pernah lepas dari kaos putih, sarung, pipa cangklong, dan sandal jepit. Begitulah keseharian seorang pelukis ternama itu. Kita bisa melihat gambaran kesahajaannya dalam setiap foto-foto Affandi.
Bapak edukator museum juga menceritakan kisah menarik antara Chairil Anwar dan Affandi. Ternyata Chairil Anwar sangat dekat dengan Affandi. Penyair itu bahkan sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Affandi dan Maryati, istrinya.
Chairil Anwar digambarkan sebagai pengembara. Di saat ada uang, dia akan melanglang buana. Saat tidak ada, dia akan kembali ke rumah Affandi.
Rasanya pilihan saya untuk menggunakan panca indra tanpa kamera adalah tepat. Saya bisa menikmati karya-karya Affandi. Mendengar kisah hidupnya yang sangat inspiratif. Belajar dari keteguhan hati dan kesederhanaan pelukis sekelas Affandi.
Mungkin lain kali, saya memilih membayar edukator daripada berfoto.
-MY seorang penikmat seni amatir-
Info mengenai Museum Seni Lukis Affandi di http://www.affandi.org
Jam buka : Setiap hari dari jam 09.00-16.00 kecuali hari libur nasional
Uang masuk : Rp20.000 (gratis minuman ringan atau es krim) untuk pengunjung lokal;
Rp50.000 (gratis minuman ringan dan suvenir) untuk pengunjung internasional
0 comments