Mencari Kebahagiaan di Halmahera Selatan
11.31Pelabuhan Babang adalah salah satu pelabuhan di Pulau Bacan, Halmahera Selatan |
Sempat terlintas keinginan untuk bisa ditempatkan di daerah timur Indonesia. Entah mengapa, daerah Maluku dan Papua memiliki daya tarik sendiri di mataku. Kembali, Tuhan Maha Baik memeluk keinginanku untuk berkelana dan mengenal daerah timur. Aku mendapatkan penempatan di Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara bersama 7 orang lainnya. Timur Indonesia aku datang, seruku bahagia.
Halsel merupakan kabupaten dengan kompisisi pulau terbanyak diantara kabupaten lain di Maluku Utara. Sebagian besar transportasi baik antar desa maupun menuju Labuha (ibukota kabupaten Halsel) masih bergantung dengan laut. Dari Labuha menuju Indong, desa penempatanku di Pulau Mandioli harus naik motorlen atau motor penumpang bertenaga dua mesin selama 1,5 jam. Jika ingin mengunjungi desa lain, bisa menggunakan ketinting atau perahu yang bergerak dengan baling-baling.
Sejauh apapun perjalanannya, pemandangan di Halsel memang keindahannya tidak dapat terbantahkan. Sepanjang perjalanan terhampar gugusan pulau perawan berpasir putih lengkap dengan gradasi warna laut dari bening, hijau toska sampai biru. Burung-burung yang terbang mencari ikan. Sekelompok lumba-lumba yang berenang di sebelah kapal yang terus melaju. Pemandangan yang menyejukkan mata dan hati. Bisa aku nikmati setiap hari secara cuma-cuma selama 1 tahun berada di Halsel.
Tak hanya memiliki pasir putih, beberapa pulau di Halsel memiliki pantai yang ditumbuhi terumbu karang. Tidak sulit untuk dapat menemukannya. Jika berjalan di sepanjang jembatan belakang Desa Indong, aku dapat melihat terumbu karang berwarna warni dan ikan-ikan yang berenang di sekitarnya. Semua itu bisa dilihat tanpa menyelam, hanya melihat dari atas jembatan.
Menjadi Pengajar Muda adalah sarana untuk belajar tentang kehidupan dari masyarakat lokal dengan cara menyelaskan diri. Aku mulai menyelaraskan diri dengan mencoba segala macam makanan khas Maluku Utara. Selain nasi, masyarakat juga mengonsumsi sagu sebagai makanan pokok. Sagu diolah menjadi sagu papan atau papeda. Papeda adalah makanan yang berbentuk seperti lem kanji.
Tidak setiap hari, masyarakat membuat papeda. Tradisi di sekitar rumah keluarga angkatku adalah makan papeda bersama-sama di bawah pohon ketapang. Masing-masing keluarga membawa pelengkap papeda seperti sayur garu, ikan kuah kuning, dabu-dabu (sambal) dan pisang. Momen ini adalah momen yang selalu aku nantikan karena kebersamaan yang tercipta begitu kental. Tidak hanya sekedar makan namun juga saling berbagi cerita dan tawa.
Desa penempatanku memiliki keterbatasan listrik dan sinyal namun aku menemukan kebahagiaan dengan hidup berdampingan. Dari titik itu juga, aku menemukan anak-anak dengan akses terbatas yang masih giat sekolah. Selalu riang berjalan dari rumah ke sekolah, kadang tidak bersepatu karena sepatunya rusak dan belum ada uang untuk membeli yang baru. Anak-anak yang selalu tertarik untuk mendengarkan cerita tentang ada apa di luar sana, di luar desa mereka.
Setelah hidup 1 tahun di Halsel. Aku ingin mengenal negeriku lebih baik lagi. Berkelana lebih dalam lagi di rumahku sendiri. Seperti lirik lagu Tanah Airku, tetapi kampung dan rumahku disanalah kurasa senang. Itulah Indonesia, kampung dan rumahku dimana aku merasa senang.
-MY dalam dekapan rindu Halsel-
(Artikel ini dibuat untuk mengikuti lomba menulis cerita perjalanan di Natgeo Traveler Indonesia. Sayang belum rejeki untuk menang tetapi artikel ini adalah artikel pertama yang saya buat hanya dalam waktu satu hari *terharu. Apa salahnya jika diunggah ulang)
0 comments